Super Power Bernama Buku
Ini mungkin kedengaran seperti klise ya. Tapi menurut saya buku itu underrated di Indonesia. Coba check dan tanya teman kerja di kiri dan kanan. Seberapa banyak dari mereka yang habis baca 1 buku, dalam 1 bulan terakhir. Gak banyak kan? Buat mereka, buku itu mungkin meminta pengorbanan yang gak semua orang punya. Waktu.
The thing is buku itu satu dari sedikit medium yang worthy pengorbanan itu, karena dia bisa menggeser titik equilibrium kamu dari “tahu akan sesuatu”, ke “paham akan sesuatu”.
Untuk memberi illustrasi tentang superpower buku mari kita bicara topik tabu satu ini : berat badan. Buku bisa mengurangi berat badan. Lho!?
Sejak tahun 2017 saya mulai semangat turunin berat badan supaya bisa ikut lari marathon. Sebuah cita-cita sejak dulu yang sempat terkubur karena timbunan lemak yang menggila sampai 85 waktu kerja di Jakarta (damn you Kentucky Fried Chicken!!).
Sempet kehilangan 5 kg. Weight loss saya mandek selama setahun di angka 71. Padahal target ada di 65kg supaya bisa finish Marathon sub 4.5 jam. Berat badan saya naik turun, keep on and off selama 2 tahun. Turun di bulan puasa biasanya, sebelum nendang dan naik lagi bulan berikutnya. Mandek.
Sebulan kemarin saya coba baca buku tentang diet makanan dari Jason Fung, and voila! Momentumnya magically balik lagi. Berat badan turun banyak ke 68 dan on track untuk ada di 67 sampai akhir tahun ini.
The thing is. Semua saran dari Jason Fung, I already know it! Kalau pengen kurangin berat badan ya simply stop ngemil dan kurangin asupan gula. Tapi yang membedakan dari sebelumnya adalah, buku ini membantu untuk jadi paham mekanik dari tubuh, gimana makanan diolah, kenapa tubuh jadi homeostasis dan resistent sama usaha buat ngurangin berat, peran insulin dan gula, dll.
Dan dari paham itu, saya jadi lebih mudah merubah behaviour dan relationship saya dengan kudapan dan makanan, which is salah satu kunci dari sustainable weight loss.
“You will be the same person in five years as you are today except for the people you meet and the books you read.” – Charlie Jones
Di jaman mie instant, di mana kebanyakan orang lebih nyaman memilih bacaan ringan semacam feed berita di Instagram, Twitter, atau baca artikel Medium. Buku itu unfair kompetitif advantage. Kalau kamu tidak bisa mengelilingi dirimu dengan orang hebat, coba kelilingi dirimu dengan buku hebat. Its the cheapest and easiest way to grow.